Sabtu, 06 Agustus 2011

10 Jurus Terlarang Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa ?

                Buku ini bisa saya baca karena dapat penawaran dari Bue,apakah saya mau membacanya? Waktu melihat sekilas judulnya yang berhubungan dengan bisnis agak ragu sih...tapi akhirnya penawaran itu saya terima dengan pertimbangan dapat wacana baru, emmm hitung-hitung bekal siapa tahu berguna kalau “Sudah bosan jadi pegawai”.
                Merupakan buku yang menyenangkan buat dibaca, penulis menggunakan gaya bahasa sehari-hari yang ringan dan mudah dipahami tanpa bermaksud menggurui para pembacanya. Diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo yang cetak pertama kali tahun 2007, dan Mei 2011 adalah cetakan ke 11. Merupakan buku ke-7 dari penulis bestseller Ippho Santoso.
10 Jurus itu adalah 
1.       Mulailah Dengan Yang Kanan
Jangan pernah sekalipun melalaikan dan mengabaikan otak kanan yang sarat dengan muatan intuisi, kreativitas dan pemikiran luas. Menjadi intuitif,kreatif dan ekstensif itu penting! 
2.       Rancanglah DNA Sedini Mungkin.
Sebagai pelaku bisnis harus mempunyai impian, selagi impiannya positif dan selagi masih punya kesempatan, ya sudah, lakukan saja! Diperlukan keberanian dan tidak diperlukan kesempurnaan  untuk memulai sesuatu. Ujung-ujungnya “Dream and Action” alias DNA hanya itu. Kedewasaan usia terkadang membuat takut akan banyak hal. Berbeda dengan bayi, ia malah berani melakukan apapun. Padahal, modalnya cuma 2 yaitu ketidaktahuan dan keingintahuan. Satu hal , terlalu banyak perhitungan akan memperlambat Action. 
3.       Terjunlah Seperti Rollercoaster.
Hidup itu bagaikan rollercoaster, ada kalanya naik ada kalanya turun. Begitu pun dengan berbisnis, maunya sih aset dan omzetnya naik terus. Akan tetapi tidak semuanya berlangsung seperti apa yang kita kehendaki. Terkadang aset dan omzet kita merosot, bahkan menjunam sampai titik yang paling rendah. Pastilah terselip beragam hikmah di balik itu semua. Pertama, kemerosotan akan menempa mental. Kedua, kemerosotan layak dijadikan bahan pembelajaran. Jika ternyata kita berhasil menangani kemerosotan, berarti kita lulus ujian dan berhak naik kelas. Kemerosotan akan membuat kita semakin matang. Ketiga, dengan adanya kegagalan demi kegagalan manusia akan lebih rendah hati dan lebih dekat dengan Tuhan-nya. Keempat, kemerosotan tak ubahnya bagai bumbu dalam bisnis. Jika terus menerus berhasil perjalanan bisnis akan terasa hambar. Bagaimana mungkin kita tahu sesuatu itu manis kalau kita tidak pernah mencicipi sesuatu yang pahit sebelumnya. Kelima, kreativitas pun turut terasah dengan adanya kemerosotan. Tentulah otak kita akan serta-merta berpikir “Bagaimana dengan sumber-sumber yang tersisa dan tidak seberapa ini bisa naik kembali.”  Jadi, apa pun yang terjadi, nikmati saja semuanya dan yakinlah pasti mampu bangkit kembali. 
4.       Berdamailah Dengan Badai.
Setiap masalah adalah untuk diatasi setuntas-tuntasnya. Harusnya demikian, jika memang tidak bisa diatasi, yah tidak ada pilihan lain. You must live with it, not avoid it. Anggaplah itu sebagai bagian dari hidup suka atau tidak. Berdamailah dengan badai. Keberhasilan suatu program pemasaran bukan cuma ditentukan oleh produk yang inovatif, harga yang kompetitif, distribusi yang intensif ataupun promosi yang masif. Hal yang tidak kalah penting adalah passion pada diri si pelaku bisnis itu sendiri. Passion inilah yang menjadikan bisnis bergerak, omzet melonjak dan laba menanjak. Sebesar apa pun hambatannya. 
5.       Duduklah Sama Rendah.
Selama ini jamak diketahui, kekuatan cinta itu teramat dahsyat. Dengan cinta orang rela berbagi bahkan berkorban apa saja. Akantetapi dengan cinta orang dapat membenci bahkan membunuh. Empat unsur mutlak yang terkandung dalam senyawa cinta yaitu hormat(respect), perhatian (care), tanggung jawab                       ( responsibility) dan pengetahuan (knowledge). Ketika kita sudah mencintai bianis, maka tidak akan kepikiran lagi untuk menyia-nyiakan, apalagi meninggalkan bisnis tersebut. Alih-alih menelantarkan, malah kita akan bersikap penuh hormat ( respect ), penuh perhatian ( care ), dan penuh tanggung jawab ( responsibility ). Teringin pula mengetahui lebih banyak lagi ( knowledge ).
Dunia mendambakan kebersamaan, namun dunia juga mendambakan kesetaraan. Tanpa kesetaraan tidaklah layak ia disebut kehidupan. Dalam berinteraksi, sesama pelaku bisnis juga meniscayakan kesetaraan. Tidak bisa tidak. Apakah itu hubungan produsen-konsumen, pemborong-pengecer, atasan-bawahan, penulis-pembaca. Jika angkuh terhadap partner maka kita akan luluh lantak. Jika mengekang pekerja maka kita akan hancur lebur. Jika diskriminatif terhadap bawahan akan berantakan. Jika lamban berubah akan ketinggalan jaman. Jika menindas konsumen akan tenggelam. Dunia mendambakan kesetaraan-bukan sekedar kebersamaan. Quality life is equality life. 
6.       Gantilah Gelar dan Jabatan.
Orang Indonesia itu gila gelar. Ah, apa iya hanya orang Indonesia. Ternyata sindrom ini merasuk dan merusak segenap  penjuru bumi termasuk negara adidaya layaknya Amerika Serikat. Oleh karena memang banyak demand-nya walhasil penjaja gelar secara ilegal pun berkembang biak bak hewan ternak. Kok malah pihak lain – seperti kampus, pemerintah dan masyarakat – yang selalu memberikan gelar kepada diri kita. Mbok ya sekali-kali kita yang memberikan gelar kepada diri kita sendiri ( self titling ). Coba saja pilih gelar yang sreg (terutama bagi Anda yang independen). Kemudian pasang dan pajang gelar itu di kartu nama Anda, dijamin sebagai brand tak akan dilupakan oleh siapapun. Tujuannya adalah personal branding. 
7.       Masuklah ke Surga Paling Dulu.
 Persamaan antara penjual dan pengusaha adalah : 
a.       Baik penjual maupun pengusaha sering ber-networking ( baca : mengembangkan relasi) dan deal langsung dengan pasar ( baca : mencermati peluang ). Sesuatu yang jarang dialami oleh mereka yang berkutat di luar bidang penjualan. Selain itu, penawaran produk kepada konsumen pun sudah tidak asing lagi bagi penjual dan pengusaha.
b.      Sedangkan untuk resiko, penjual mana yang tidak pernah ditolak? Pengusaha mana yang tidak pernah jatuh? Dengan kata lain, ketidak pastian sudah menjadi makanan sehari-hari penjual dan pengusaha.
c.       Penjual maupun pengusaha dikondisikan untuk memperoleh income berdasarkan transaksi bukan gaji semata.
Nah dengan adanya persamaan-persamaan tersebut mestinya tidaklah ruwet bagi seorang penjual untuk perpindah kuadran, dari penjual menjadi pengusaha.
Satu-satunya yang dibutuhkan oleh penjual adalah kenekatan untuk mengundurkan diri dan merintis bisnis sendiri. Menjadi pengusaha itu hampir wajib hukumnya, karena sebenarnya terdapat segudang manfaat dibalik enterprenur ship, diantaranya :
o   Alih-alih mencari lowongan kerja, pengusaha malah membuka lowongan kerja bagi khalayak. Seorang pengusaha yang berpengalaman mampu mengkaryakan belasan hingga puluhan orang.
o   Dengan menjadi pengusaha, pendapatan kita akan lebih besar. Lazimnya semakin besar pendapatan seseorang semakin besar pula sumbangannya.
Ada sebuah cerita menarik nih, simak baik-baik ya....Konon, pada suatu saat nanti di depan pintu surga berdirilah dosen, dokter dan ulama. Dulunya, selama di dunia si dosen telah mendidik banyak mahasiswa, si dokter telah menyembuhkan banyak orang sakit, dan si ulama telah membimbing banyak orang yangberdosa. Walhasil masing-masing merasa berhak untuk masuk surga paling dulu. Mereka pun berebut. Tiba-tiba datangnya pengusaha. Apa kata mereka? Si dosen langsung menyambut, “Nah, ini dia pengusaha kita ! Beliaulah yang membangun kampus kami.” Si dokter pun berseru “ Beliau juga banyak membantu klinik kami”. Si ulama turut melengkapi “Beliau yang merupakan donatur tetap untuk tempat ibadah kami”. Akhirnya, mengingat jasa-jasa si pengusaha, maka baik si dosen, si pengusaha dan si ulama mempersilahkan pengusaha masuk surga paling dulu. 
8.       Biarkan Kudeta Terjadi.
Memilih nama adalah suatu langkah awal yang bijak dalam bisnis. Menyandang nama yang alami tidak secara otomatis menjadikannya merek sejati. Apabila berminat dan berhasrat untuk mengubah nama yang alami menjadi merk sejati berarti metamorfosis menjadi suatu proses yang tidak dapat terelakkan. Merek didefinisikan oleh American Marketing Association sebagai nama pembeda yang didukung dengan istilah, tanda, simbol, desain ataupun gabungan diantaranya, untuk sebuah produk atau service.
Konsekuansi dari sebuah merk adalah regristrasi dan pajak. Bukankah dengan terdaftarnya merk, dapat mengurangi risiko penjiplakan hingga 60 %. Bukankah dengan adanya Undang-Undang merk, berkesempatan untuk mengekspornya. Sebaliknya kalau ndak ada merek, apanya yang mau diekspor ?
Pertama-tama pilihlah nama yang baik, kedua berilah citra yang baik pada nama tersebut melalui kerja dan kinerja. Dengan kata lain identitas merek hendaklah dirancang dan dipancang sedari awal. Begitulah pendekatan konvensional. 
9.       Waspadai Zaman Edan.
Hal-hal yang mesti dilalui untuk dapat berpikir dalam kerangka yang positif secara total : 
a.       Cobalah berpikir positif kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kita sungguh-sungguh percaya bahwa apa saja yang kita alami adalah pemberian Tuhan yang terbaik bagi kita. Kendati secara dangkal, acapkali kita memandang sesuatu itu tidak ada manfaatnya. Apabila sudah mampu berpikiran positif seperti itu kita akan sanggup mengintip dan mengutip yang terbaik atas kejadian terburuk sekalipun. 
b.      Cobalah perpikir positif terhadap diri sendiri.
Ditangan- Nya, tak diragukan lagi segala sesuatu adalah mungkin. Dengan demikian, seandainya kita dititipi kekuatan oleh-Nya maka sebenarnya kita mampu meraih apa saja, kendati itu terkesan mustahil bagi siapa pun. Sebagai pelaku bisnis jangan pernah sekalipun meremehkan visi dan potensi. Jika sekali saja terlintas dibenak bahwa sesuatu itu itu tidak mungkin, maka percayalah sesuatu itu akan benar-benar tidak mungkin untuk terealisasi.
Lima tahun belakangan ini, yang terjadi justru sebaliknya. Betul-betul berbalik arah ! Waktu luang yang tersedia amatlah sedikit. Barang yang tersedia sangatlah banyak. Terus, apa yang menjadi preference konsumen?Ternyata, konsumen tetap menyukai sesuatu yang sederhana. Lho,kok bisa?Begini ceritanya. Kekangan waktu dan limpahan barang malah membuat konsumen bingung, sehingga konsumen terpaksa “menyelamatkan diri” dengan cara menjatuhkan pilihan pada sesuatu yang sederhana.
Dengan perilaku konsumen seperti itu, maka tantangan bagi pelaku bisnis adalah bagaimana menjadikan kesederhanaan itu sebagai suatu keunikan (baca: daya saing). Dengan kata lain, kesederhanaan dalam keunikan, keunikan dalam kesederhanaan. Sungguh tidak gampang! Karena, keunikan sering bermuara pada keruwetan---musuhnya kesederhanaan.
Jadi positifkan yang negatif! Jadilah positivity sebagai amalan disegala waktu dan segala tempat.
10.   Matilah dengan tenang.
Untuk menggapai sukses, seorang individu hendaklah menyandang 2 bekal yang saling bertolak belakang. Pertama adalah, passion yang berkaitan dengan tingginya cita-cita, bulatnya tekad, nomor satukan ikhtiar dan militannya aktivitas. Kedua adalah, compassion yang erat hubungannya dengan kerendahan hati,keikhlasan untuk berbagi, keengganan untuk menyakiti dan kerelaan untuk mengalah.
Antara do the rights thing dan do the things right. Begini, Berbisnis dengan hati mengandalkan feel. Sementara, Berbisnis dengan Hati-hati mengutamakan think. Antara nurani dan nalar. Berbisnis dengan hati mengajak kita untuk tidak menganiaya sesama, sedangkan Berbisnis dengan Hati-hatimenjaga kita agar tidak dianiaya oleh sesama.
Jangan pernah menipu orang lain!Namun di sisi lainnya jangan pernah membiarkan diri ditipu oleh orang lain! Jika tidak, salah satu pihak bakal nyungsep. Pasti!
Prinsip nomor satu dalam Berbisnis denga Hati-hati adalah memilih partner yang tepat. Minimal, sang partner baik karakternya, baik pula track recordnya. Akan tetapi, andaikata di kemudian hari ternyata ia tetap macam-macam, maka jangan menyalahkan dia. Sebaliknya, salahkanlah diri sendiri, karena telah keliru memilih partner.
Prinsip berikutnya, segala kesepakatan bersama partner hendaklah dituangkan di atas kertas. Dihadapan notaris, supaya orang tidak seenaknya.
Ippo Santoso memformulasikan dalam E=MC2. Jangan kecele! Formulasi barusan sama sekali tidak ada kaitannya dengan rumus relativitas Albert Einstein. Terus, apa maksudnya? Begini. Agar tercipta keseimbangan ( E, Equilibrium ), maka mencari dan mengelola uang ( M, Money ) harus berdasarkan hati ( C, Conscience ) dan hati-hati ( C, Cautiousness ).
  • Semoga dapat bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar