Selasa, 13 September 2011

S A D U R

Menyadur yang pertama adalah pada BCA Prioritas edisi 42/VII/2011. Majalah ini saya peroleh dari Bue yang dapat dari BCA. Inilah saduran selengkapnya......

Beri Kesempatan Pada Diri Sendiri
                Suatu hari, di tepian sungai, tampak dua orang kakak beradik sedang bercanda dengan riangnya. Tiba-tiba, karena kurang hati-hati dan tanpa sengaja, si adik terjatuh ke dalam sungai yang cukup dalam, padahal mereka berdua tidak bisa berenang. Sambil berteriak-teriak ketakutan, si kakak meninta tolong. Akan tetapi karena terlambat si adik meninggal dunia.
                Kedua orang tuanya, sanak saudara serta orang-orang disekitarnya merasa berduka karena meninggalnya si adik, tetapi mereka tidak menyalahkan si kakak. Namun, berbeda dengan si kakak. Sejak kejadian itu, dia berubah menjadi anak yang pemurung dan penyendiri. Hatinya senantiasa didera perasaan bersalah.
Andrie Wongso say “ Dalam putaran kehidupan ini sering kali karena ulah kita yang tidak sengaja, kadang berdampak pada musibah atau kerugian orang lain. Akibatnya timbul perasaan bersalah,sulit memaafkan diri sendiri, dan akhirnya hal-hal tersebut membawa kita pada penderitaan hidup yang berkepanjangan.”
               
Menyadur yang kedua adalah NH edisi 92 September 2011.

Memaafkan Untuk Diri Sendiri
                Sesungguhnya memaafkan memiliki manfaat yang sangat besar bagi diri sendiri. Baik dari segi kesehatan, sosial maupun spiritual. Orang yang mudah memaafkan, emosinya relatif lebih stabil dan terkendali. Namun demikian, mengapa banyak orang yang masih sulit dalam memaafkan? Atau bahkan kehidupannya hari demi hari semakin buruk lantaran tak bisa memaafkan masa lalunya?
                Memaafkan dianggap melupakan. Ini juga keliru. Sesungguhnya memaafkan bukan berarti melupakan. Justru terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang lain, kita tidak boleh melupakan. Ia harus selalu kita ingat untuk diambil hikmah dan pelajarannya.
                Maka memaafkan tidak melupakan. Tapi hanya meminta kita melepaskan emosi negatif yang menempel pada peristiwa itu. Sedangkan peristiwanya tetap boleh diingat-ingat sebagai pelajaran agar tidak jatuh pada lubang yang sama.
                Memaafkan sesungguhnya adalah untuk kepentingan diri sendiri. Memilih memberi maaf karena kita ingin hidup bebas dengan melepaskan beban sakit hati yang ada di dalam diri. Ketika memaafkan sama dengan melepaskan gambar-gambar menjengkelkan dari pikiran dan menggantinya dengan yang lebih baik.

Mukmin Wajib Bahagia
                Catatan manusia, yang seakan beraneka warna, sejatinya berlalu dalam dua keadaan saja. Apa saja yang dialami,prinsipnya hanya mewakili keadaan sempit dan keadaan lapang. Kalau tidak mendapat nikmat berlimpah, ya mendapat musibah. Kalau tidak menanjak ya menurun.
                Tidak satupun manusia yang mengalami lapang terus menerus. Dan sebaliknya, tidak ada yang mengalami musibah terus menerus tanpa ada satu pun pengalaman mendapat nikmat.
                Kelapangan dan kesempitan dalam hidup ibarat pergantian siang dan malam. Adanya adalah keniscayaan. Di tolak tidak mungkin. Diterima secara terpaksa atau tidak, juga tak akan merubah ketentuan. Maka kalau kita gunakan alat ukur rataan, normalnya manusia tidak akan pernah bahagia selamanya.
                Sementara manusia rata-rata adalah manusia yang berkemampuan mencicipi kebahagiaan sesaat, ada pula segolongan manusia yang dikabarkan oleh Rosululloh sebagai manusia bahagia tanpa batas. Mereka diatas rata-rata. Kebahagiaannya tahan lama. Sedihnya wajar tidak sampai membinasakan. Mereka adalah orang mukmin.
                Di dunianya orang-orang mukmin, segalanya baik. Dukanya adalah tafakur, kegagalannya adalah perbaikan, musibahnya berbuah kesabaran, sedangkan itu semua tak mengurangi rasa syukurnya.
Yoenie say “ Memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk bisa memaafkan serta mampu mengambil hikmah dari setiap kesalahan akan dapat membimbing kita menjadi mukmin yang bahagia (Amien). Selamat memaafkan “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar